TIPS ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER



TIPS ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
Oleh : Sarifudin
Tenaga Pendidik MTs Negeri Majenang dan Anggota AGUMAPI

          Soedarsono (2009:12) dan Dony Koesoema A. (2007:37) mendefinisikan karakter sebagai kondisi dinamis struktur antropologis individu yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi kodratinya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya untuk proses penyempurnaan dirinya terus menerus. Karakter seorang anak akan  sesuai potensi yang dibawa sejak lahir atau yang dikenal sebagai karakter dasar yang bersifat biologis. Dalam pembentukan karakter dapat dilihat dari perilaku secara nyata yang tercermin dari hasil perpaduan antara karakter biologis dan hasil hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosial masyarakatnya. Mengarah ke karakter yang baik seolah menjadi impian orang tua, tokoh masyarakat dan guru. Apabila satu sama lainnya tidak saling mendukung. Salah satu bentuk dukungan bagi perkembangan karakter anak adalah dengan mendampingi dan membimbing segala aktivitas anak. Setiap orang tua dalam proses pendampingan dan bimbingan terhadap anaknya sudah pasti mempunyai cara yang berbeda-beda, namun pada intinya sama yakni hanya untuk membentuk karakter anak yang berbudi pekerti luhur. Suatu cara perbedaan penangan anak oleh orang tua terhadap anak cenderung tertutup dan anak cenderung lebih terbuka memiliki dampak posistif dan negatif dalam masa pembentukan karakter. Dampak yang sangat terasa adalah bisa saja anak cenderung tertutup dengan segala masalah pribadi, dengan temannya bahkan dengan lingkungan sosial masyarakat mempunyai efek. Orang tua akan berhadapan dengan masalah, jika orang tua tidak dapat berkomunikasi dan berkonsultasi terhadap perkembangan psikologi jiwa anak. Seperti halnya anak yang cenderung tertutup dan tidak mau terbuka atas apapun yang mengerumuni kebatinannya.
1.    Penanganan Anak Yang Tertutup
Penanganan terhadap anak yang cenderung tertutup bisa dilakukan dengan kegiatan seperti :
a.    Tanyakan dan dampingi hobi anak tersebut, hingga ada rasa ikatan batin yang lebih kuat anatara hubungan anak dan orang tua.
b.    Berikanlah pandangan dan tantangan masa depan dengan cara penyelesaian masalah yang lebih nyata dan terlihat secara kasad mata anak tersebut.
c.    Berikan pemahaman tentang hubungan antar lingkungan sosial, masyarakat dan sekolah.
d.    Hal-hal apa saja yang harus anak pertanggungjawabkan terhadap hukum sebab akibat.
e.    Cobalah kenali teman diekeliling anak tersebut, supaya jika ada masalah bisa diselesaikan secara runtut.
f.      Berikan pemahaman watak, sifat anak terhadap guru di sekolahnya, supaya ketika ada apa-apa akan segera cepat tertangani.
          Mengahadapi anak yang cenderung pendiam dan tertutup memang tidaklah semudah membalikan kedua telapak tangan, perlu adaptasi dan mengetahui situasi dan kondisi kejiwaan anak tersebut. Berikan energi positif terhadap perkembangan karakter anak melalui uswatun hasanah dalam hal apapun, maka dengan sendirinya anak akan merasa ada seorang fisgur, sosok yang harus ia hormati. Jika sebaliknya seorang orang tua tidak bisa menjadi panutan anak, maka yang terjadi adalah anak merasa tidak ada seorang pengayom dan suri tauladan baik orang tua di lingkungan keluarga maupun disekolah. Kesulitan berkomunikasi, konsultasi secara langsung secara intens antara orang tua dan anak jelas berpengaruh pada perkembangan karakter anak pada saat itu maupun setelah ia melepas masa kanak-kanak, remaja, dewasa. Janganlah menganggap hal yang biasa apabila kita mempunyai anak yang cenderung tertutup, ajaklah anak untuk berkomunikasi dan konsultasi terhadap segala masalah ataupun kesulitan lainnya. Perlu dikonsultasikan dengan seorang psikolog atau dengan orang yang terdeekat dengan si anak, disamping itu juga harus ada perhatian lebih terhadap anak yang pendiam, suatu misal dengan elalu mengajaknya berkomunikasi dalam hal apapun. Tidak akan mengalami kesulitan informasi apabila orang tua faham dengan perkembangan karakter anak, bergaul dengan siapa saja dan dimana saja, suatu keharusan orang tua tahun hal itu.
2.    Penanganan Anak Yang Terbuka
          Berbeda dengan menghadapi anak yang cenderung terbuka yaitu orang tua harus lebih proaktif dalam menjaga komunikasi, menjaga perasaan mereka karena ciri-ciri anak terbuka mudah sekali menerima informasi. Yang dimaksud dengan proaktif  terhadap anak yang lebih terbuka yakni orang tua harus memahami karakter anak yang demikian karena lebih cenderung aktif. Aktif pada anak terbuka, peran orang tua harus lebih mengarahkan secara jelas tentang apa saja yang dilarang oleh agama, negara dan sekolah serta masyarakat. Anak yang terbuka lebih mudah bergaul, komunikasi, konsultasi antara orang tua, guru, tokoh masyarakat dan juga teman-temanya, dalam hal ini peran orang tua hanya sebagai pengarah atas apa yang telah anak lakukan. Dengan demikian fokus perhatian orang tua terhadap anak yang tertutup dan anak yang terbuka terletak sejauh mana kedekatan orangtua dengan anak tersebut mengenai keinginan dan harapan anak. Sehingga dari faktor kedekatan itulah perkembangan karakter anak akan lebih mudah terpantau dan terdeteksi juga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
3.    Penanganan Anak Yang Terbuka
          Berbeda dengan menghadapi anak yang cenderung terbuka yaitu orang tua harus lebih proaktif dalam menjaga komunikasi, menjaga perasaan mereka karena ciri-ciri anak terbuka mudah sekali menerima informasi. Yang dimaksud dengan proaktif  terhadap anak yang lebih terbuka yakni orang tua harus memahami karakter anak yang demikian karena lebih cenderung aktif. Aktif pada anak terbuka, peran orang tua harus lebih mengarahkan secara jelas tentang apa saja yang dilarang oleh agama, negara dan sekolah serta masyarakat. Anak yang terbuka lebih mudah bergaul, komunikasi, konsultasi antara orang tua, guru, tokoh masyarakat dan juga teman-temanya, dalam hal ini peran orang tua hanya sebagai pengarah atas apa yang telah anak lakukan. Dengan demikian fokus perhatian orang tua terhadap anak yang tertutup dan anak yang terbuka terletak sejauh mana kedekatan orangtua dengan anak tersebut mengenai keinginan dan harapan anak. Sehingga dari faktor kedekatan itulah perkembangan karakter anak akan lebih mudah terpantau dan terdeteksi juga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
          Perilaku dan tingkah laku seolah telah melekat dalam pembentukan karakter anak. Terbentuk atau tidaknya karakter anak kearah yang lebih baik bergantung pada pembiasaan dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut berpengaruh terhadap pemahaman memilih dan memilah, manakah yang menjadi tuntunan dan manakah tontonan. Pembentukan karakter anak tidak cukup hanya berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan sekolah juga menjadi penentu. Karakter anak akan tergambar dalam kesehariannya, dari perilaku, tingkah laku, etika anak terhadap orang tua, tokoh masyarakat dan guru. Pembiasaan dari kedua orang tua berpengaruh secara langsung terhadap pembentukan karakter anak. Tidak patuh , tidak hormat terhadap perintah orang tua, tidak semata-mata karena anak tidak faham tentang kesopanan. Akan tetapi karakter anak yang demikian, justru mereka sedang mencari jati diri sesungguhnya. Menggunakan pendekatan persuasif dan kedewasaan bertindak dalam penanganan masalah karakter anak menjadi kebutuhan orang tua sebagai sosok uswatun hasanah. Kata sabar sangat mudah diucapkan, tapi tidak mudah untuk mengimplementasikan kata sabar. Padahal hanya dengan kesabaranlah karakter anak akan terbentuk, baik didalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Perlunya memupuk kesabaran bagi orang tua, tokoh masyarakat dan guru menjadi penentu dalam membidik karakter anak dengan baik.  
          Memberikan contoh secara teori saja tidak cukup untuk membuktikan pemilihan hal-hal yang baik menurut orang tua, tokoh masyarakat dan guru, karena pembentukan karakter anak justru didapatkan dari apa yang dilihat, dirasa nyaman untuk mengekspresikan pola pikir sederhananya. Pembidikan karakter anak dapat ditunjukan orang tua, tokoh masyarakat dan guru dimulai dari pemilihan hal-hal kebaikan dan pemilahan hal-hal yang buruk. Menunjukan manakah hal-hal baik dan manakah hal-hal yang buruk. Menolong sesama teman ketika menghadapi pelajaran yang sulit, membantu teman yang sedang mempunyai masalah pribadi, dan bagaiamana etika sopan santun ketika berbicara dengan orang yang lebih dewasa. Sekilas pemberian contoh secara langsung dianggap memungkinkan anak punya gambaran bagaimana seharusnya hidup didalam sebuah lingkungan. Lalu bagaimana dengan orang tua yang merasa kesulitan untuk membidik karakter anak, seperti apakah karakter antara anak yang satu dengan yang lainnya, apakah cukup hanya dengan mempelajari dan memahami watak serta sifat. Orang tua, tokoh masyarakat dan guru harus memperhatikan watak, sifat anak dalam kehidupan sehari-hari, sebab dari hal itulah kita akan tahu penanganan seperti apa yang harus dilakukan demi pembentukan karakter. Daya tangkap dan daya ingat setiap anak sudah pasti berbeda, ada yang cukup dengan pemberian pemaham secara lisan saja, ada juga yang harus dipraktekan manakah hal-hal yang baik dan manakah hal-hal yang buruk.
4.      Masa Pembentukan Karakter
Masa pembentukan karakter anak dikategorikan sesuai dengan usianya seperti dibawah ini:
a.      Masa Usia Sekolah Di SD/MI  biasakan anak untuk mengenal pembiasaan sopan santun dan ajarkan mengenal hal-hal yang positif dan menjauhi hal-hal yang negatif secara langsung.
b.      Masa Usia Sekolah SMP/MTs biasakan anak untuk memahami kepekaan terhadap lingkungan keluarga, tokoh masyarakat dan guru sebagai suri tauladan yang baik, berikan pemahaman mana yang harus menjadi tuntunan mana yang bukan tuntunan.
c.       Masa Usia SMA/SMK/MA Bimbinglah anak untuk menemukan jati dirinya dengan cara sering-seringlah menjalin komunikasi yang intens antara orang tua, tokoh masyarakat dan guru setiap ada masalah pribadi maupun lainnya.
          Pembagian kategori usia pembentukan karakter anak tersebut diatas dalam faktanya mungkin tidak semudah apa yang diucapkan. Akan tetapi penggambaran kategori usia pembentukan karakter anak tersebut dapat membantu orang tua, tokoh masyarakat dan guru sebagai pembanding masa pembidikan karakter anak. Namun apabila kita cermati, pembagian kategori usia dalam pembentukan karakter anak dapat kita ketahui dari anak-anak yang ada disekeliling kita. Kemungkinan pasti atau tidaknya kategori usia dalam pembentukan karakter anak tergantung kepada pendidikan lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Ketiga faktor inilah yang akan menjadi faktor dominan dalam pembentukan karakter anak. Orang tua, tokoh masyarakat dan guru harus saling memahami betul keterkaitan faktor satu dengan faktor lainnya.
  
 




LihatTutupKomentar